Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan tidak mudah meninggalkan energi fosil dan beralih ke energi ramah lingkungan. Sebab, bukan hanya pendanaan yang menjadi tantangan.
G20, kata Ani, sapaan akrabnya, juga mempunyai anggota yang ialah produsen minyak paling besar di dunia, maka untuk mengurangi emisi karbon butuh waktu yang cukup usang.
"Salah satu hal yang tidak gampang diraih sebab di dalam G20 ada negara mirip Saudi. Bahkan, kita mengundang yang sangat kaya pada fossil fuel. Kaprikornus, mereka meminta transisi itu dilaksanakan secara hati-hati," ucap Ani dalam pertemuan pers di BICC Nusa Dua, Bali, Rabu , 16 November 2022.
Oleh hasilnya, dalam pelaksanaan KTT G20 di Bali, para pemimpin negara anggota setuju menciptakan pengaturan prosedur transisi energi hijau atau Energy Transition Mechanism (ETM). Komitmen ini dikontrol dalam paragraf 12 Leaders Declaration.
ETM ialah suatu upaya atau gerakan yang diluncurkan pada side event KTT G20 yang didatangi oleh Presiden Asian Development Bank (ADB) Masatsugu Asakawa, Presiden Islamic Development Bank Dr Muhammad Sulaiman Al Jasser, sampai Presiden Bank Dunia David Malpass.
"ETM Country Platform Indonesia akan mengirimkan sinyal yang kuat tidak hanya ke Asia dan Pasifik, namun ke seluruh dunia bahwa Indonesia adalah pemimpin dunia dalam transisi yang adil dan terjangkau dari materi bakar fosil ke energi yang ramah lingkungan," tutur Ani.
Pemerintah sudah menerima dana sebesar US$20 miliar dolar untuk mendukung transisi energi. Anggaran ini nantinya digunakan membangun energi hijau, seperti tenaga air, biomassa, sampai memensiunkan PLTU kerikil bara.
"Setidaknya ada US$20 miliar indicated dana untuk Indonesia saja yang berasal dari aneka macam sumber yang mampu lalu digunakan dalam rangka transisi energi tadi. Kaprikornus ini semua satu paket," ucapnya.
[Gambas:Video CNN]