Inflasi Inggris Tembus 11,1 Persen, Tertinggi 41 Tahun Terakhir

Inflasi tahunan Inggris kembali melonjak mencapai 11,1 persen pada Oktober 2022, tertinggi dalam 41 tahun terakhir.Inflasi tahunan Inggris kembali melambung meraih 11,1 persen pada Oktober 2022. (AFP/DANIEL LEAL).
Jakarta --

Inflasi tahunan Inggris kembali melonjak mencapai 11,1 persen pada Oktober 2022, tertinggi dalam 41 tahun terakhir.

Kantor statistik nasional (ONS) menyebutkan capaian inflasi pada Oktober lebih tinggi dibandingkan inflasi September yang meraih 10,1 persen.

Lonjakan inflasi Inggris dipicu oleh peningkatan ongkos energi yang makin tinggi, dan harga masakan yang tembus 16,4 persen.

Kepala Ekonom ONS Grant Fitzner mengatakan dalam setahun terakhir, biaya hidup di Inggris meningkat imbas harga gas dan listrik.

Padahal, pemerintah setempat sudah membatasi tagihan sebesar 2.500 poundsterling atau setara dengan Rp46,4 juta (asumsi kurs Rp18.573 per pound).

"Selama setahun terakhir, harga gas sudah naik nyaris 130 persen sementara listrik naik sekitar 66 persen," kata Grant Fitzner, dilansir dari CNN, Rabu , 16 November 2022.



Sementara itu, Gubernur Bank of England (BOE) Andrew Bailey mengungkapkan pihaknya telah mengoptimalkan suku bunga paling besar dalam 33 tahun terakhir.

Lebih jauh, ONS mengungkapkan harga barang dan jasa yang dimakan oleh rumah tangga Inggris meningkat 2 persen di rentang September-Oktober. Kenaikan tersebut sama besar mirip peningkatan pada abad Januari hingga Juni 2021.

Data ONS menyebutkan ekonomi Inggris makin berkurang pada kuartal III 2022. Proyeksi modern BoE adalah resesi berlanjut hingga paruh pertama 2024.

Melihat latar belakang suram ini, Menteri Keuangan Inggris Jeremy Junt berniat mempresentasikan anggaran pemerintah Kamis , 17 November 2022 besok.

Muncul kemungkinan ia akan memberitahukan kenaikan pajak dalam jumlah banyak dan pemotongan belanja dalam rangka meminimalisir utang jangka menengah.

Kantor Penanggung Jawab Anggaran sebagaipengawas fiskal Inggris memprediksi utang pemerintah akan mendekati 100 miliar poundsterling atau Rp1.857 triliun (U$119 miliar) pada 2026-2027.

Jumlah itu lebih banyak 70 miliar poundsterling atau sekitar Rp.1300 triliun dari asumsi pada Maret.

Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !